Kaleidoskop 2014

Tahun 2014 ini memberi banyak warna dalam perjalanan hidup pasang surut kehidupan yang luar biasa. Rasanya seperti naik jet coaster. Betapa tidak, ragam kesedihan, rezeqi, cobaan datang berturut-turut.

umroh 1

Dimulai dari awal tahun, dimana buku self publishing-ku bersama sahabat lamaku, Mahmudi terbit. Buku yang berkisah tentang perjalanan umroh ini sudah kami tulis lama sekali. Buku ini ditulis dari dua sudut pengalaman yang berbeda. Harapannya pembaca bisa mendapatkan banyak masukan berharga dari perjalanan yang sudah kami lakukan.

Setelah itu, aku pikir semua akan berjalan dengan mudah. Kenyataannya tidak seperti yang aku bayangkan. Yah, pada awal tahun aku mendapatkan ujian kehidupan. Saat mendekati pernikahan adikku, tiba-tiba saja bapak sakit. Pada saat aku dan Dhinda sedang mencuci mobil, suara handphone memanggil. Aku dan adik yang kala itu sedang berbincang-bincang tiba-tiba saja mendapatkan kabar bapak dibawa ke rumah sakit Mitra Keluarga Bekasi Barat.

Dari sini ujian demi ujian kemudian datang. Saat itu kami dihadapkan dengan kenyataan biaya rumah sakit yang membengkak. Tidak hanya itu, keadaan bapak pun sangat memprihatinkan. Di ruang ICU, bapak harus menggunakan ventilator untuk alat bantu pernafasan.

Aku yang sudah merencanakan banyak hal di tahun 2014, harus mengerem semua rencana. Tidak hanya itu, aku juga meng-cancel semua pekerjaan yang aku kerjakan di tahun ini. Sungguh semua rencana saat itu seperti hancur semua. Aku seperti berjalan tanpa rencana, semua aku lepas, tujuanku saat itu hanya fokus pada kesembuhan bapak.

Dan cobaan demi cobaan pun datang. Keadaan keuanganku mulai menipis, simpananku saat itu hanya tinggal emas yang kusimpan pada ibu untuk keperluan keberangkatan kami ke tanah suci di tahun 2015. Karena kondisi inilah, adikku marah. Yah, adikku kecewa karena aku tidak bisa membantu banyak dalam proses pembiayaan rumah sakit.

Sungguh keadaan itu membuatku frustasi, betapa tidak setiap hari, kami harus membayar pengobatan bapak sepuluh juta rupiah. Jumlah yang tidak sedikit, apalagi bapak saat itu tidak terlihat banyak perubahan. Melihat kondisi ini, kami akhirnya memutuskan untuk pindah rumah sakit. Pilihan rumah sakit untuk pindah adalah rumah sakit harapan kita. Dari sini kemudian aku berjuang untuk kepindahan bapak. Selama lima hari aku berjuang mendapatkan ruang di rumah sakit harapan kita.

Setelah berjuang, kami pun akhirnya mendapatkan tempat di rumah sakit harapan kita. Dari sini biaya rumah sakit bapak mulai berkurang. Yah, akhirnya di rumah sakit ini, asuransi bapak bisa dipakai. Saya pikir ketika masuk rumah sakit harapan kita, bapak akan cepat sembuh. Ternyata dugaanku salah besar. Di rumah sakit ini, bapak malah dideteksi penyakit baru. Sesampainya di rumah sakit harapan kita, bapak mengalami stroke sebelah.

bapak sakit

Aku yang saat itu menjaga, shock mendengar kenyataan baru ini. Tidak hanya itu, gara-gara penyakit stroke, bapak harus dirawat lebih lama. Jadilah aku penunggu pasien di ruang intermediate.

Sungguh menjadi penunggu pasien di ruang intermediate itu membuatku spot jantung. Engkau tahu sobat, apa yang membuatku spot jantung? Tidak lain adalah karena setiap dua hari sekali, dari ruangan ini selalu saja ada yang meninggal. Aku harus bisa menguatkan diri setiap kali mayat keluar dari ruangan ini.

Seminggu di ruangan kamar intermediate, akhirnya dokter memutuskan untuk mengeluarkan bapak dari ruangan. Dalam ruangan semua tidak menjadi lebih baik. Bapak mulai memaki-maki saat kateter terpasang. Sepanjang malam aku dimaki-maki beliau dan diusir dari ruangan. Penyebab marah bapak simple, bapak ingin ke kamar mandi dan pipis secara normal.

Sedangkan aku diminta dokter untuk menjaga bapak agar tidak pergi ke kamar mandi, sebab besar kemungkinan serangan stroke untuk kedua kalinya akan terjadi ketika bapak masuk ke kamar mandi. Suhu ruangan kamar mandi yang tinggi pada malam hari dapat memicu serangan stroke yang ke dua kali. Dari sini akhirnya aku berusaha menjaga bapak agar tidak pergi ke kamar mandi.

Setelah dirawat selama 20 hari, bapak akhirnya diizinkan pulang. Dari sini perjuangan sebenarnya dimulai. Dalam kondisi yang belum pulih, aku harus berjuang agar bapak pulih sempurna. Aku mulai membawa ke banyak pengobatan, setiap orang yang memberi rekomendasi aku selalu datangi dan tekuni. Hasilnya, bapak akhirnya berhasil naik pelaminan pada hari pernikahan adikku.

bapak sembuh

bapak sembuh2

Ketika bapak sudah mulai pulih, perjuangan untuk usaha dan karierku dimulai lagi. Aku mulai pertama kali dengan menjadi narasumber untuk Fresh FM dalam program Fire. Sambil menunggu novel perdanaku terbit, aku juga mulai menghubungi banyak pihak untuk mengadakan kerjasama bedah buku novel.

fresh fm

Ini adalah novel cover Novel dari Pandora Sang Penggema Jiwa.

Ini adalah novel cover Novel dari Pandora Sang Penggema Jiwa.

Aku berjalan dari satu remaja masjid ke remaja masjid lainnya. Dari perjalanan ini, aku mendapatkan sebuah pelajaran berharga tentang makna ketulusan. Tidak semua orang yang kita ajak kerjasama akan dengan tulus membantu kita sampai akhir, kadang kita harus menemui banyak orang yang memandang sebelah mata pada diri kita.

Tapi hidup tidak akan pernah berhenti, aku kemudian belajar untuk melakukan pendekatan ke banyak pihak. Dan Alhamdulillah, akhirnya aku berhasil mengadakan beberapa acara. Aku pun mengadakan bedah buku dan seminar untuk novel perdanaku Pandora Sang Penggema Jiwa di Museum Bank Mandiri. Aku juga mengadakan beberapa seminar di UIN Syarif Hidayatullah, Masjid Al Azhar Bekasi, Pondok Pesantren Darussalam, Garut. Di tempat terakhir ini, aku mendapat kejutan yang luar biasa. Betapa tidak, untuk kali pertama dalam sejarah menjadi pembicara, baru kali ini aku berbicara di depan 1000 orang lebih.

uin

ponpes darussalam ponpes darussalam1

bersama keluarga

Tidak hanya sampai di situ, aku juga mengajar kelas menulis untuk dua sekolah menulis. Satu di sekolah menulis kreatif Indonesia dan satu lagi di Focuz The Writing School yang aku kelola sendiri.

Pada pertengahan tahun, aku harus dengan berat hati mengambil keputusan. Keputusan terberatku adalah saat aku harus berpisah dengan teman-teman ODOJ 47. Yah, dengan sangat berat hati aku harus meninggalkan ODOJ. Bukan tanpa sebab, aku meninggalkan ODOJ karena kesibukan yang luar biasa. Jujur aku sendiri malu, karena tidak bisa berkomitmen pada diri sendiri. Meski begitu keputusan untuk meninggalkan ODOJ ini sebenarnya adalah keputusan terbaik, karena terus terang aku tidak bisa mengejar ketertinggalan juz-juz yang sudah terlewat.

odoj 47

Menjelang akhir tahun, aku mendapatkan sebuah tantangan baru dari klienku. Kali ini tantangannya adalah mengajar anak berkebutuhan khusus dengan tipe ADHD. Saat itu aku tidak berkata tidak atau pun menolak, dengan mantap aku jawab bisa, meski sebenarnya aku tidak tahu apa itu anak ADHD. Hingga waktunya tiba, aku bertemu dengan Raihan, muridku dengan tipe ADHD. Aku yang dibantu dengan tiga guru lainnya (Pak Siroj, Bu Siti dan Bu Ning) dengan proses yang cukup pelik, akhirnya Raihan bisa menyelesaikan bukunya.

REVISI DESAIN C (cover depan)

Tahukah engkau apa yang membuatku bangga? Saat itu aku lihat Raihan dipuji Gola Gong ketika naik di atas panggung. Buat saya pribadi, ini jadi prestasi yang luar biasa, mengingat Raihan bukan anak seperti kebanyakan….

Dalam kebahagiaan melihat buku Raihan jadi, tiba-tiba saja aku dikejutkan oleh kabar meninggalnya adik nenekku, yang sudah kuanggap seperti nenek kandungku. Beliau meninggal karena sakit kanker. Engkau tahu, aku sangat terpukul saat mengetahui nenekku meninggal. Bagaimana tidak terpukul, sebelum nenekku meninggal, kami sempat berselisih paham tentang sebuah pilihan. Karena aku memilih untuk tidak sejalan dengan nenek, beliau sempat membenci dan berjanji tidak akan memaafkanku seumur hidupnya. Sungguh, aku sedih mendengarnya, sebab dari aku kecil, aku sangat dekat dengan beliau. Satu hal yang kusesali, sampai beliau meninggal aku belum sempat minta maaf. Aku terpukul dan khawatir, beliau tidak akan memaafkanku.

almarhum eyank

Namun, dugaan dan prasangkaku salah. Sebelum meninggal nenekku sempat berujar pada omku, telah memaafkan semua kesalahanku. Mendengar hal ini, aku tak kuasa menitikan air mata sembari memeluk beliau. Sayang, waktu dan jarak tidak mengizinkan kami untuk bertemu bahkan untuk yang terakhir kalinya.

Terakhir, sebagai penutup tahun, aku menemukan sahabat-sahabat yang satu visi. Yah, aku dan sahabatku membuat Koloni Inspirasi, komunitas berbagi inspirasi yang fokus mengadakan training untuk pesantren dan yatim piatu di daerah terpencil. Komunitas ini hampir sama dengan komunitas Inspiraksi, yang membedakan dari komunitas, kami masih lebih hijau dan ingin banyak membagi ilmu kami untuk masa depan anak Indonesia. Dalam waktu enam bulan ke depan, kami juga menargetkan akan membuat yayasan yang membantu training dan pendidikan untuk anak yatim piatu, pesantren, rumah singgah, sekolah pemulung dan rumah baca.

koloni inspirasi LOGO KOIN B

Bagaimana perjalananku tahun depan? Entahlah, yang jelas masih banyak mimpi yang ingin aku wujudkan-insya Allah-aku berangkat menuju tanah suci untuk menunaikan Haji….

Salam Inspirasi

Senda Irawan | Book Writer | Author | Kontributor Writing Clinic Annida | Penulis Novel Pandora Sang Penggema Jiwa | Penulis Buku 88 Kiat Menjadi Penulis Hebat | Speaker | Founder Rumah Baca Cakrawala Indonesia | Founder Komunitas Baca Buku | twitter: @Sendrawan

Tinggalkan komentar