Terapi Menulis untuk Anak Berkebutuhan Khusus tipe ADHD

Anak berkebutuhan khusus?Raihan Murid ABK saya tipe ADHD

Apa yang sahabat pikirkan ketika mendengar Anak Berkebutuhan Khusus? Mungkin sahabat akan berpikir kasihan, membingungkan dan butuh pertolongan. Bila ini ada di pikiran sahabat, mungkin saja benar.

Beberapa minggu terakhir ini saya disibukkan dengan mengajar menulis ABK dengan tipe ADHD. Anak dengan tipe ini sepintas mirip dengan autis, sayangnya pada kenyataannya kecerdasannya masih di bawah anak autis. Sehingga dalam pengajaran mereka sulit menangkap apa yang kita terangkan.

Raihan, 16 tahun, murid saya dengan tipe ADHD ini sebenarnya memiliki hobi mengetik komputer. Hal ini jadi modal yang sangat baik untuk mengarahkan dia menulis. Meski begitu tidak semudah itu, Raihan bisa berkosentrasi penuh, karena saya harus sadar Raihan adalah anak ADHD yang punya banyak energy untuk melakukan banyak hal di luar yang dia suka.

 

Tahap pertama mengajar pertama

Saya mencoba berkoordinasi dengan shadow teacher-nya perihal sejarah Raihan dan perkembangannya di sekolah. Dari sini saya mendapatkan fakta menarik tentang Raihan. Yah, dalam beberapa waktu belakangan ini Raihan ternyata seringkali tantrum. Ia bahkan sulit dikendalikan ketika tantrum dan semua terjadi bila mood-nya buruk. Saat tantrum, Raihan kerap kali menyerang anak yang lebih kecil. Tangannya dengan ringan mendorong bahkan memukul anak kecil di dekatnya.

Dari sini saya mendapatkan informasi berharga tentang bagaimana mengendalikan emosi anak ADHD sebelum nantinya tantrum.

Tidak hanya itu saya mendapati beberapa tulisan yang ditulis oleh Raihan. Hasilnya saya mendapatkan fakta menarik. Ternyata Raihan bisa mengingat dengan baik setiap detail kejadian, seperti plat nomer mobil, jenis mobil dan beberapa kegiatan yang disukainya.

Tidak hanya itu, ia juga betah menuliskan hal yang disukai. Dari sini akhirnya saya berpikir bagaimana caranya membuat ia menceritakan banyak hal yang ada pada dirinya.

Dan akhirnya saya putuskan buku pertama Raihan adalah buku tentang autobiografinya.

 

Tahap ke dua medium foto

Saya kemudian menggunakan medium foto untuk memancing daya ingat Raihan. Metode ini ternyata efektif untuk memancing daya ingat Raihan pada satu kejadian. Dengan memancing beberapa pertanyaan, Raihan dengan semangat menceritakan banyak hal tentang dirinya.

Meski begitu tidak semua tulisan sesuai dengan yang kita harapkan. Dalam tulisannya, Raihan sulit sekali mengungkapkan apa yang dirasakannya. Yah, Raihan ternyata memiliki kekurangan tidak bisa mengungkapkan perasaannya dengan baik. Tidak heran Raihan, terlihat datar dalam menceritakan semua ceritanya. Tidak hanya itu, ia kerap kali bingung meluapkan emosi sedihnya. Baginya tidak ada kata sedih, ketika sedih ia harus ungkapkan dengan kemarahan.

Ini jadi PR besar buat saya yang membimbing Raihan menulis.

Saya pun berkonsolidasi dengan shadow teacher, guru boarding school dan guru pendamping. Dari sini kami akhirnya sepakat untuk menggali lebih dalam tentang perasaannya. Raihan akhirnya mulai diajari memaknai senang, bahagia, sedih dan marah.

 

Tahap ke tiga menggali lebih dalam

Pada tahap ini Raihan sudah mulai memahami perasaannya, ia pun kemudian Nampak bingung bila harus menceritakan sesuatu yang dianggapnya melukai perasaan. Beberapa bagian tentang masa lalunya membuatnya sangat tertekan. Saya kemudian bisa menangkap ada “kesedihan” yang mulai terkuak ketika ia menulis masa lalu.

Pada satu titik, ia bingung memegang kepalanya dan berusaha mengalihkan pembicaraan dengan mengajak kami (saya dan guru pembimbing) untuk mengalihkan pertanyaan lain. Melihat emosinya sudah mulai labil, saya pun kemudian mengambil inisiatif untuk menuliskan hal lain di luar dari pertanyaan saya. Dan akhirnya saya mengajak Raihan untuk menuliskan tentang guru-guru yang sudah pernah mengajarnya.

 

Tahap ke empat berdiskusi dengan orangtua

Pada tahap ini saya kemudian berdiskusi secara terperinci dengan orangtua Raihan. Saya mencoba menggali kebenaran cerita Raihan. Saya kemudian menemui kenyataannya yang cukup menyedihkan dari Raihan.

Ternyata sejak kecil, Raihan kerap kali mengalami penyiksaan dari baby sitternya. Dari kecil Raihan dipukuli bila ia tidak mau sekolah. Inilah yang akhirnya membawa kami pada satu titik temu tentang tantrum Raihan.

Kami akhirnya bisa melihat, kenapa Raihan dengan mudah memukul anak kecil ketika tantrum. Semua ini ternyata karena Raihan merasa perbuatan ini adalah benar. Ajaran baby sitter membuat Raihan merasa memukul anak kecil ketika marah adalah benar. Hal inilah yang kemudian membuat kami mencoba mengarahkan dia memahami makna pemukulan.

 

Raihan sudah mulai tenang.

Dengan empat tahap ini, Raihan sudah mengalami banyak sekali perkembangan. Perlahan namun pasti, ia sudah mulai tenang. Saya sendiri melihat satu hal menarik tentang menulis dari semua proses ini. Yah, saya melihat menulis sebagai medium terapi yang baik terlebih untuk anak ADHD. Mereka bisa menyalurkan emosi kemarahan dan kesedihan dengan sangat baik lewat medium tulisan sebelum mereka tantrum.

Dengan begitu mereka juga bisa mulai untuk tidak memendam emosi cukup lama. Terbukti, Raihan sudah terlihat lebih tenang dan senang sekarang. Mudah-mudahan terapi ini bisa membuatnya menjadi penulis sesungguhnya yang bisa menginspirasi banyak orang.

Saya sebagai writer coach yang membimbingnya hanya bisa berharap tulisannya bisa menjadi pelajaran kita semua bahwa anak ADHD memiliki potensi besar untuk menulis, bila mereka diberi banyak ruang untuk menulis.

 

Salam Inspirasi

 

Senda Irawan | Book Writer | Author | Kontributor Writing Clinic Annida | Penulis buku 88 Kiat Menjadi Penulis Hebat | Speaker | Founder Rumah Baca Cakrawala Indonesia | Founder Komunitas Baca Buku | twitter: @Sendrawan

3 pemikiran pada “Terapi Menulis untuk Anak Berkebutuhan Khusus tipe ADHD

  1. inspiratif sekali.. bermanfaat untuk anak berkebutuhan khusus. Bukan hanya ADHD, mungkin terapi menulis bisa pula bermanfaat untuk jenis disabilitas lainnya.

  2. Ya, bisa untuk terapi lainnya, insya Allah saya saat ini sedang mencoba meneliti terapi menulis untuk jenis penyakit lain….

Tinggalkan komentar