Gugup saat jadi pembicara bedah buku?

Image

gambar: http://www.persuasive.net/blog/wp-content/uploads/images/2012/07/nervous-man.jpg

Pertanyaan ini banyak mengalir, ketika seseorang mulai berkiprah menjadi penulis. Sebenarnya apa benar seorang penulis itu harus menjadi pembicara? Apakah setiap penulis harus siap bukunya dibedah?

Sebelum saya jelaskan, saya akan memulai dengan cerita nyata seorang penulis yang mengadakan bedah buku di Gramedia. Penulis belia ini memiliki novel yang disukai banyak orang. Penampilannya pun keren bak artis masa kini.

Sayangnya ada satu kekurangan yang sangat mengganggu ketika ia mulai menjadi pembicara. Saat itu pembicara yang masih muda ini nampak bingung menghadapi pertanyaan audiens. Padahal pertanyaan yang ditanyakan tidak sulit. Hanya seputar proses pengerjaan dan ide saja….

Lantas apa masalah ini hanya terjadi pada seseorang saja? Hmm jawabannya jelas tidak. Menurut WellCast, 7 dari 10 orang memang memiliki masalah ketika harus berbicara di depan publik. 

Nah, sekarang bagaimana caranya agar kita mudah menjadi pembicara pada acara bedah buku? Berikut ini adalah tipsnya:

1. Persiapkan diri dengan matang.

Image

Persiapan diri memegang peranan penting ketika seseorang menjadi pembicara. Salah satu penulis buku yang saya lihat memiliki persiapan matang ketika menjadi pembicara adalah Imran Ahmad. Ketika saya bertemu dengannya ia sangat mempersiapkan dirinya dengan sangat matang, bahkan di setiap halaman penting bagian buku ditempeli post it berwarna warni yang disampingnya ditulis berbagai kode untuk menunjukkan bagian-bagian paling penting dari bukunya.

2. Kenali lingkungan dan budaya tempat diadakan bedah buku.

Nah, untuk poin kedua ini harus kita perhatikan. Mengenali lingkungan dan budaya sekitar akan memudahkan kita mencairkan suasana bedah buku. Topik-topik terhangat yang terjadi di daerah itu bisa kita sambungkan dan jadikan bahan joke ketika menjadi pembicara.

3. Kuasai buku yang kita buat.

Image

Penulis yang baik tentu menguasai sepenuhnya isi buku, jangan sampai terlihat canggung dan gugup ketika menjawab isi buku sendiri. Di Semarang, saya pernah mendapatkan pengalaman menarik ketika pertama kali mengadakan bedah buku. Saat itu seorang penanya bertanya pada saya dengan nada orasi.

“Anda ini kan menulis buku motivasi! Anda mau tidak mempertanggungjawabkan isi buku yang sudah Anda buat!”

Mendengar statement dan pertanyaan itu, saya terkejut. Untungnya saya menanggapinya dengan sabar. Waktu itu saya hanya bilang, “kalau saya tidak mau mempertanggungjawabkan isi buku saya, saya tidak akan hadir dan duduk di sini Mbak, dengan kehadiran saya di sini, sebenarnya adalah bentuk dari pertanggungjawaban saya atas buku yang saya buat.”

Mendengar jawaban ini, sang penanya puas, pertanyaan yang bersifat nge-test pun dapat di jawab dengan mudah.

4. Tataplah audiens satu persatu.

Bagian terakhir ini mungkin berat, tapi mau tidak mau harus kita perhatikan. Orang Indonesia memiliki kecenderungan mudah bosan ketika melihat acara talkshow, kecuali kalau orang itu sudah sangat dikenal di masyarakat.

Karena itu sebisa mungkin menatap audiens, kalau sulit tataplah area tengah antara mata kanan dan kiri. Dengan begitu kita akan lebih mudah mendapatkan perhatian dari audiens.

***

Nah, itulah sedikit share saya tentang gugup saat menjadi pembicara buku. Kalau masih penasaran dengan poin di atas, kita bisa diskusi lebih dalam di acara Focuz The Writing School dalam waktu dekat ini.

Salam InspirAksi

Senda Irawan | Book Writer | Ghost Writer | Kontributor Writing Clinic Annida | Penulis buku 88 Kiat Menjadi Penulis Hebat | Speaker | Founder Rumah Baca Cakrawala Indonesia | Founder Komunitas Baca Buku | twitter: @Sendrawan

Tinggalkan komentar